BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ikan Cupang
(Betta sp.) adalah ikan air tawar
yang habitat asalnya adalah beberapa negara di Asia Tenggara,
antara lain Indonesia,
Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
Ikan ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam
mempertahankan wilayahnya. Di kalangan penggemar, ikan cupang umumnya terbagi
atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar. Di
Indonesia terdapat cupang asli,salah satunya adalah Betta
channoides yang ditemukan di Pampang, Kalimantan
Timur.
Ikan
cupang adalah salah satu ikan yang kuat bertahan hidup dalam waktu lama
sehingga apabila ikan tersebut ditempatkan di wadah dengan volume air sedikit
dan tanpa adanya alat sirkulasi udara
(aerator),
ikan ini masih dapat bertahan hidup.
ikan
ini masih dapat bertahan hidup. Ikan cupang meliputi 3 jenis yaitu cupang hias
, cupang adu dan cupang liar. Cupang his merupakan jenis cupang yang
keindahannya terletak pada bentuk ekornya saat mengembang. Walaupun termasuk
ikan yang sangat agresif dan cenderung mempertahankan daerah teroterialnya,
tetapi keindahannya cupang hias bisa dinikmati tanpa harus menyiksa dan
membuatnya bertarung, seperti yang harus dilakukan terhadap ikan cupang jenis
adu.
1.2
Tujuan
·
Mengetahui klasifikasi ikan cupang,
·
Mengetahui jenis-jenis ikan cupang,
·
Mengetahui anatomi dan biologi ikan
cupang,
·
Menambah wawasan tentang budidaya ikan
cupang.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Sejarah Singkat Cupang
Cupang
Hias atau Betta Splendens, merupakan ikan asli yang hidup di alam kawasan Asia
Tenggara Seperti Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, dll. Cupang hias
sekarang menjadi salah satu andalan expor Indonesia ke mancanegara. Dalam
sejarahnya ikan cupang dahulu kala hanyalah ikan alam yang hidup di daerah
persawahan dan rawa-rawa.
Tapi
sekarang sudah sangat berbeda dari bentuk aslinya dahulu. karena ikan cupang
sudah bermutasi menjadi ikan yang lebih cantik & menarik. Ikan cupang di
Indonesia di kenal dan di pelihara oleh sebagian masyarakat Indonesia sejak
tahun 1960-an dan lebih banyak dikenal sebagai ikan cupang sawah. Ketika itu
ikan cupang penggemarnya hanyalah anak-anak dan belum dirambah oleh kalangan
orang kaya
Perkembangan Cupang Perubahan
terjadi pada tahun 1970. saat itu importir memperkenalkan jenis cupang baru.
Ada yang ekor pendek yang sekarang kita sebut dengan ikan cupang aduan, cupang
laga, ataupun fighter plakat. Ada juga yang memiliki ekor panjang yang dulu
kita kenal dengan cupang jenis slayer.
Saat itu
yang baru muncul adalah Cupang Hias jenis slayer ekor lilin yang datang sebagai
primadona Cupang Hiasnya dan tetap mendominasi sampai era tahun 1990-an. Pada
era tahun 1990-an mulailah para penggemar Cupang Hias membudidayakan ikan
Cupang Hias mereka sehingga sekarang Cupang Hias memiliki banyak variasi warna
dan bentuk ekor. Cupang Hias jenis baru ini mempunyai ekor yang di hiasi tulang
yang lebih menonjol keluar. Ada yang berbentuk duri panjang, sisir tapi
biasanya kita sebut jenis serit. dan yang menggelembung seperti setengah bentuk
dari Bulan yang kini lebih dikenal dengan sebutan Cupang Half Moon.
Pada
pertengahan tahun 1990-an, Cupang Hias mulai diperlombakan dan di pamerkan
keindahan fisiknya tapi mereka belum memisahkan kategorinya seperti sekarang
yang memisahkan bentuk sirip maupun warnanya. Semenjak adanya kontes ikan
cupang konon ikan yang dulu kita kenal ikan aduan atau laga berubah menjadi
ikan hias yang memiliki warna dan bentuk ekor yang sangat memukau.
Dan
kita seharusnya bangga karena Cupang Serit atau Crowntail Betta diketemukan
pertama kali oleh breeder Indonesia. Kini ikan cupang bukan hanya untuk
diadu, melainkan juga untuk dinikmati keindahannya. Ikan cupang ini juga
dipelihara, dikoleksi, dibudidaya dan juga dijual sampai ke luar negeri.
Begitulah yang dilakukan oleh para penggemar ikan cupang yang tergabung dalam
Komunitas Indo Betta Splendens (INBS)
Maka tak
heran, kalau Indonesia merupakan penghasil ikan cupang hias terbesar kedua di
dunia, setelah Thailand. Namun kalau cupang alam, Indonesia menjadi penghasil
nomor satu didunia. Saat ini kita memiliki sekitar 40 jenis cupang alam yang
sudah diteliti.
1. Klasifikasi Dan Morfologi
Klasifikasi Ikan Cupang
( Betta splendens)
Menurut Susanto (1992) dalam Rieza 2013, adapun identifikasi
dan klasifikasi dari ikan cupang(Betta splendes) adalah sebagai berikut :
Filum :
Chordata
Subfilum :
Craeniata
Class :
Osteichthyes
Subclass :
Actinopterygii
Super Ordo : Teleostei
Ordo :
Percomorphoidei
Subordo :
Anabantoidei
Famili :
Anabantidae
Genus :
Betta
Spesies :
Betta splendens
Morfologi
ikan Cupang
Ikan ini berasal dari sumatra, jawa, singapura dan malaysia.
Ikan ini bersifat karnivora dan bersifat sangat agresif terutama untuk yang
jantan. Dipasaran ada dua jenis cupang yaitu cupang adu dan cupang hias.
Cupang hias memiliki sirip yang panjang dan bersifat tenang sedangkan cupang
adu memiliki sirip yang pendek dan sangat agresif. Cupang meilikiki berbagai
jenis warna mulai dari biru tua, merah tua, albino, kehijauan (Wira, 2007 dalam Tina 2013). Menurut
Sudrajad (1989), ciri khusus ikan cupang (Betta splendens) dapat dilihat dari
beberapa bentuk tubuhnya seperti bentuk badan memanjang dan warna yang beraneka
ragam yakni cokelat, hijau, merah, biru, kuning, abu-abu, putih dan sebagainya,
sirip punggung lebar dan terentang hingga ke belakang dengan warna cokelat
kemerah-merahan dan dihiasi garis-garis berwarna-warni, sirip ekor berbentuk
agak bulat dan berwarna seperti badannya serta dihiasi strip berwarna hijau,
sirip perut panjang mengumbai dihiasi aneka warna dan lehernya berdasi dengan
warna yang indah, ujung siripnya sering kali dihiasi warna putih susu, sirip
analnya berwarna hijau kebiru-biruan dan memanjang. Lebih lanjut dikemukakannya
adalah ikan cupang betina memiliki bentuk tubuh rata - rata lebih kecil
daripada ikan cupang jantan. Ikan cupang jantan memiliki panjang tubuh dapat
mencapai 5 – 9 cm, sedangkan ikan cupang betina lebih pendek dari ukuran
tersebut.
2.
Habitat ikan
Cupang
Ikan Cupang Hidup
di daerah tropis, terutama di benua Asia sampai Afrika. Habitat asalnya di
daerah perairan dangkal dan berair jernih, seperti daerah persawahan hingga
sungai yang bertemperatur 24-27 derajat celcius, dengan pH berkisar 6,2 – 7,5
serta tingkat kandungan mineral terlarut dalam air atau kesadahan (hardness)
berkisar 5-12 dH. Pada umumnya cupang sanggup hidup dan berkembang biak dengan
baik pada kisaran pH 6,5 - 7,2 dan hardness berkisar 8,5 – 10dH.
3.
Prilaku
Makan Ikan Cupang
Secara umum, ikan mempunyai dua pola dalam mencari pakan, yaitu aktif
mencari pakan pada siang hari (diurnal) dan malam hari (nokturnal). Sementara
cupang sendiri termasuk tipe diurnal, yaitu aktif mencari pakan mulai dari
matahari terbit hingga tenggelam. Di alam, cupang akan memakan pakan yang
ditemui sebanyak-banyaknya. Ikan cupang termasuk dalam kelompok ikan karnivora,
yaitu memakan binatang hidup. Hal itu terlihat dari bentuk giginya yang runcing
(bergerigi). Adapun jenis pakan yang biasa disantap ikan ini yaitu larva
serangga air, jentik nyamuk, ataupun cacing sutera (Wira, 2007 dalam Tina 2013).
4.
Ciri Seksualitas
Cupang Perimer Dan Skunder
2.4.1
Ikan
Cupang Jantan
·
Memiliki bentuk fisik yang bagus.
·
Telah mencapai usia delapan bulan. Dapat
ditandai dengan ukuran yang sudah melebihienam senti meter. Atau melihat
pangkal ekor yang kekar.
·
Memiliki mental yang berani.
·
Memiliki warna yang cerah dan cemerlang.
·
Sering membuat gelembung busa di
permukaan air.
2.4.2
Ikan
Cupang Betina
·
mencapai usia yang cuku yakni delapan bulan. Ditandai
dengan perutnya yang gendut.
·
Memiliki bentuk fisik yang bagus.
·
Memiliki warna cemerlang serta sirip yang tegas
·
Tubuh ikan
berubah warna menjadi garis-garis transparan seperti zebra.
·
Bintik putih
pada abdomen yang menjendol tanda telur siap dibuahi.
·
Dasi lebih pendek
Sedangkan
ciri kelamin primer relatif sulit untuk diamati secara visual karena organ
genitalnya cukup kecil. Ikan cupang jatan
mempunyai organ yang bernama testis, sedangkan ikan cupang betina mempunyai
organ yang bernama ovari. Untuk reproduksi, biasanya perbandingan ikan
jantan dan betina adalah 1:3.
5.
Fekunditas
Ikan Cupang
Fekunditas
ikan cupang, dapat ditentukan berdasrkan pengaruh umur, dan pakan yang
diberikan. Jumlah telur semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Umur ikan
menentukan tingkat kematangan gonad dan jumlah telurnya.Pakan yang baik
digunakan untuk ikan cupang indukan adalah Dhapnia sp. dengan kandungan lemak sebesar 8.0%. jika
dibandingkan dengan Tubifex yang mengandung
lemak sekitar 13.3%. Kandungan lemak tinggi dapat mengakibatkan timbunan
lemak yang menutupi saluran pengeluaran telur (oviduct), sehingga induk akan
kesulitan dalam pengeluaran telur. Keberadaan pigmen diduga juga
mempengaruhi fekunditas.
Karoten berfungsi penting dalam
fisiologis, yaitu dalam sistem endokrin seperti perkembangan dan pematangan gonad. Daphnia dan Tubfex mengandung karoten yang mengakibatkan warna merah
pada tubuhnya. Induk umur 4 bulan memiliki produksi larva lebih tinggi,hal ini
dikarenakan kemampuan produksi larva didukung kuantitas dan kualitasdari
telurnya, bila telur yang dihasilkan sedikit dan mernpunyai kualitas kurang
baik maka produksi larvanya juga rendah.
Fekunditas dapat menunjukkan
kemampuan induk untuk menghasilkan anak ikan di dalam suatu
pemijahan.Peningkatan umur ikan ternyata menentukan pula tingkat produksi
larvanya.Fekunditas ikan cupang biasanya berkisar 700 butir dengan ukuran induk
3-3.5bulan (Alumnus Fakultas Biologi 2001
dalam Tina 2013).Fertilisasi dan daya tetas ikan cupang dapat ditentukan
oleh kualitas air media pemijahan seperti temperatur, pH, dan oksigen terlarut.
Temperatur optimaluntuk pemijahan ikan hias Betta splendens berkisar
antara 26C sampai 29C. Peningkatan suhu dan
tekanan oksigen dapat mempengaruhi daya tetas, sedangsuhu air dapat
mempengaruhi efisiensi perubahan kuning telur menjadi bobot badan embrio ikan
pada proses perkembangan. Telur ikan Betta splendens tergolong
berukuran sedang, suhu optimal untuk penetasan berkisar antara 26 Csampai 28 C, dengan waktu penetasan
sekitar 3 sampai 4 hari.
pH yang optimal untuk penetasan ikan hias Bettas plendens
berkisar antara 6,2 – 7,8 dan
kandungan oksigen terlarut berkisar antara 6,0 – 7,2 ppm.
Jumlah telur yang diovulasikan berkisar antara 775 butir sampai 900 butir, jika
kualitas air baik temperatur, pH,dan oksigen terlarut yang digunakan optimal
(Yustina 2003 dalam Tina 2013).
6.
Tingkat
Kematangan Gonad (TKG) ikan Cupang
TKG (Tingkat
Kematangan Gonad) menunjukkan suatu tingkatan kematangan seksual ikan. Sebagian
besar hasil metabolisme digunakan selama fase perkembangan gonad. Umumnya
pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh,
sedangkan untuk ikan jantan berkisar antara 5-10%. Dalam mencapai kematangan
gonad, dapat dibagi dalam beberapa tahapan. Secara umum tahap tersebut adalah
akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Ukuran ikan saat pertama
kali matang gonad (length at first maturity, Lm) bergantung pada pertumbuhan
ikan itu sendiri dan faktor lingkungan. Pembagian tahap kematangan gonad
dilakukan dalam dua cara, yakni analisis laboratorium dan pengamatan visual.
Cara yang
umum digunakan ialah metode pengamatan visual berdasarkan ukuran &
penampakan gonad, sebagai catatan metode ini bersifat subyektif. Indikator
pembagian tahapan kematangan gonad dengan cara visual ialah:
1.
Ukuran gonad
dalam menempati rongga badan (kecil, 1/4 bagian, 1/2 bagian, ¾ bagian atau
penuh) Berat gonad segar (ditimbang).
2.
Penampakan :
warna gonad.
3.
Penampakan
butiran telur (ova) untuk ikan betina (opaque, translucens /ripe/gravid).
4.
Ada tidaknya
pembuluh darah, dll.
5.
Semakin
besar ukuran gonad (beratnya makin tinggi), maka semakin tinggi pula TKG-nya.
Nilai TKG juga berbanding lurus dengan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan
atau GI (Gonad Index). Rumus GSI menurut Batts (1972) dalam Tina (2013) : GI=(Wg/L^3)*10^8
Keterangan:
GI: Gonado Somatic Index; Wg: Berat Gonad (gram); L Panjang ikan (mm). Karena
sifatnya yang subjektif, sering terjadi perbedaan tahap TKG baik karena
perbedaan observer maupun perbedaan waktu. Sebagai acuan standar umum digunakan
5 tahap TKG (Five stage of visual maturity stage for partial spawning fishes),
yakni:
1.
TKG I
(immature, dara);
2.
TKG
II (developing, dara berkembang);
3.
TKG III
(maturing/ ripening, pematangan);
4.
TKG IV
(mature/ ripe/ gravid, matang)
5.
TKG V
(spent, salin).
Diantara kelima kematangan standar tersebut, TKG III biasanya memiliki
nilai GSI/GI dalam kisaran yang luas, menunjukkan tahap pematangan itu
berlangsung relatif lebih lama dibanding TKG lainnya. Perbedaan spesifik dari
tiap TKG bisa diketahui dari pengamatan mikroskopis terhadap ukuran diameter
& penampakan ova, atau irisan histologis dari gonad/ovary (Effendie; Moch.
Ichsan. 2002 dalam Tina 2013).
7.
Prilaku
Memijah
Sebagaimana hewan lainnya, proses
pemijahan dilakukan dengan jalan salah satu pasangan menarik perhatian lawan
jenisnya. Dalam kasus ini, cupang jantan merupakan pihak yang melakukan aksi
menarik perhatian tersebut. Cupang jantan akan berlagak memamerkan
“ketampanannya” di depan sang betina sambil mengembangkan sirip-siripnya.
Dengan keindahan warna tubuhnya pula, cupang jantan akan mendekati sang betina
dan berputar-putar. Setelah sang betina tertarik, cupang jantan akan menelikung
tubuh betina. Sementara cupang betina membiarkan tubuhnya melayang dalam
“dekapan” sang jantan. Jika selesai memijah, cupang jantan akan melepaskan
tubuh betina. Dari tubuh betina pun akan terlihat telur yang keluar dan
berjatuhan ke dasar media pemeliharaan (Paul, 2004).
Selanjutnya, tugas cupang jantanlah
yang merawat telur hingga menetas. Dalam hal ini, terdapat dua tipe pemijahan
yang terjadi pada ikan cupang, yaitu bubble nest breed dan mouth brooder. Di
antara keduanya tertdapat perbedaan prinsip dalam hal menetaskan telur (Paul,
2004)
1. Bubble nest breed
Secara alami, cupang jantan yang siap
memijah pada tipe ini akan terlihat membuat sarang busa. Sarang busa yang
dibuat berbentuk gelembung-gelembung kecil udara yang ditempatkan sang jantan
di permukaan air. Biasanya, sarang busa ini ditempelkan pada dedaunan atau
tanaman air (Paul, 2004).
Setelah selesai membuat sarang busa,
cupang jantan akan menggiring cupang betina untuk melakukan perkawinan di bawah
sarang busa yang telah dibuat. Cupang jantan akan menangkap telur yang
berjatuhan dan menyimpan dalam mulutnya. Selanjutnya, telur tersebut
disemburkan ke sarang busa agar melekat. Telur yang jatuh akan diambil dan
disemburkan kembali hingga benar-benar melekat. Sejak saat itu, cupang jantan
dengan setia menjaga telurnya dari gangguan ikan lain. Selain itu, sang jantan
akan mengipasi telur dengan sirip-siripnya agar suplai oksigen untuk telur
tetap terjaga. Selama itu pula, induk jantan akan merenovasi sarang busa yang
rusak dengan membuat sarang baru. Setelah menetas, anak cupang akan tetap
berada dalam sarang busa sampai mereka mampu menembus atau melepaskan diri dari
sarangnya. Jika telah terlepas, anak cupang sudah mampu menghirup udara
langsung dari udara. Adapun jenis ikan cupang yang termasuk dalam bubble nest
breed yaitu Betta akarensis, Betta coccina, Betta bellica, Betta tasyaee, Betta
smaragdina, Betta imbellis, dan Betta splendens (Paul, 2004).
2. mouth brooder
Pada kelompok ini, cupang jantan akan
memunguti telur yang sudah terbuahi dan memasukkan serta mengeraminya dalam
mulut hingga menetas. Selama mengerami telur tersebut cupang jantan berpuasa
dan menghindari kontak fisik dengan jantan lain. Setelah menetas, anak cupang
akan dikeluarkan dari mulut induk jantan ke permukaan air. Selanjutnya, induk
jantan akan tetap melindungi anaknya dengan cara memasukkan kembali anaknya ke
dalam mulut jika ada bahaya. Hal tersebut dilakukan hingga anak cupang berumur
satu minggu dan bisa mencari makan sendiri. Selanjutnya, induk jantan tidak
lagi melindungi anaknya dengan cara memasukkan ke dalam mulut, tetapi sekedar
berjaga-jaga di dekatnya. Hal tersebut dilakukan karena ukuran anak cupang yang
sudah mulai membesar. Beberapa jenis cupang yang berkembang biak dengan cara
ini di antaranya Betta pugnax, Betta taeniata, Betta macrostoma, Betta
unimaculata, Betta picta, Betta anabantoides, Betta edithae, dan Betta foerschi
(Paul, 2004).3. Tingkat kematangan gonad ikan cupang.
8.
Budidaya
Ikan Cupang
2.8.1
Persiapan Induk
Ciri ikan cupang jantan matang gonad adalah munculnya bintik bintik hitam
yang terdapat di sirip punggung jantan, pada tutup insangnyapun sudah ada garis
vertikal warna kemerahan, terlihat sibuk dalam mempersiapkan buih – buih
dipermukaan sebagai sarang tempat penetasan telur. Umur cupang yang siap untuk
melakukan pemijahan yaitu sekitar 6 – 7 bulan dengan panjang 5 – 6 cm. induk
harus sehat, tidak cacat dan tidak berpenyakit. Sedangkan pada betina ,
ciri-ciri kematangan gonad dilihat dari besarnya perut betina dan Pada sisi
tubuhnya terdapat 2-3 garis vertikal berwarna kelabu (Huda, 1992).
Untuk induk betina bentuk badan harus terlihat sehat, di tandai dengan
bentuk tubuh bagian perut yang membesar apabila di teliti akan terlihat ada
telurnya, bukan membesar karena di beri makanan dan pergerakannya terlihat
lambat. Mempunyai sirip ekor, anal dan panggung yang biasa tanpa ada penonjolan
jari-jari siripnya (Lingga dan Susanto, 2003).
Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang
mempunyai alat pernapasan tambahan berupa labirin. Dengan bantuan alat
tersebut, ikan cupang dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Dengan
demikian dalam pemeliharaan ikan cupang, aerasi tidak harus dipasang sehingga
dapat menghemat penggunaan listrik dan sarana sistem aerasi (Susanto, 1992).
2.8.2
Wadah
Pemijahan
wadah cara
berternak ikan cupang yang baik yaitu bak semen atau akuarium yang ukurannya
tak perlu besar yakni cukup 1 x 2 m atau akuarium 100 x 40 x 50 cm, masih wadah
perkawinannya lebih kecil dari wadah pembesaran, yang dapat dipakai diantaranya
: baskom, akuarium kecil atau ember bisa dipakai buat memijahkan ikan.
2.8.3
Pemijahan
Umumnya ikan cupang termasuk kelompok ikan yang membuat gelembung udara
pada saat ingin kawin. Untuk itu diperlukan tanaman air agar cupang dapat
menempelkan gelembung udaranya. Tanaman ini dapat berupa tanaman air yang
berdaun lebar seperti eceng gondok (Eihornia crassipes) dan kiambang (Pistia
stratiotes). Setelah itu cupang dapat dimasukkan ke dalam bak pemijahan.
Menurut Lingga dan Susanto (2003), bila induk jantan memang siap memijah,
maka esok hari kita akan melihat busa yang sudah di buat oleh induk jantan.
Semakin banyak busa yang di buat menunjukan memang induk jantan sudah siap,
ketika itu barulah kita melepas induk betina kedalam wadah. Pelepasan induk
betina sebaiknya pada pagi hari, apabila kedua induk memang siap dan baik, maka
keesokan hari atau paling lambat 2 hari setelah pemijahan kita akan menemukan
busa yang di buat induk jantan sudah berisi telur ikan. Apabila telur ikan
sudah banyak sebaiknya induk betina segera di angkat supaya induk betina tidak
memakan telurnya, sedangkan induk jantan masih kita biarkan untuk mengeram dan
memelihara telurnya.
2.8.4
Pendederan
dan Pembesaran
Sarana
pendederan yang dapat digunakan adalah akuarium, bak fiberglass drum bekas, paso,
ember atau bak semen. Penempatannya harus diusahakan di tempat terbuka dan
cukup mendapatkan sinar matahari. Untuk mengurangi panas dan menjaga temperatur
wadah tetap stabil, tanaman air seperti enceng gondok atau siambang dapat
digunakan. Sebaiknya ukuran bak pendederan yang digunakan cukup besar atau
disesuaikan dengan jumlah burayak yang berhasil ditetaskan, misalnya bila
menggunakan bak fiberglass1m x 1m x 0,5m, sehingga burayak-burayak cupang hias
dapat lebih berkembang dengan baik. Ketinggian air yang digunakan adalah 3/4
dari ketinggian bak. Kualitas air yang digunakan sebagai media sama seperti
pada perawatan induk maupun pemijahan.
Sementara itu, wadah pembesaran yang digunakan setelah pemeliharaan dan
perawatan dalam bak pendederan adalah akuarium soliter atau stoples yang harus
disesuaikan dengan usia cupang hias tersebut. Namun satu hal yang patut
diingat, makin besar wadah pemeliharaan makin optimal pula perkembangan cupang
hias tersebut. Tentu saja, pemeliharaan dalam akuarium soliter atau stoples
tersebut dikhususkan untuk cupang hias jantan. Untuk cupang hias betina hanya
yang benar-benar disiapkan jadin induk saja yang ditempatkan secara soliter,
sementara yang lainnya dapat ditempatkan bersama-sama dalam satu wadah.
Sama seperti
pada perawatan induk, untuk penggantian air sebagai media pemeliharaan dapat
digunakan sifon dengan selang berdiameter besar. Penggunaan dan cara pengantian
airnya sama seperti pada perawatan induk. Sementara itu, pemberian menu pakan
kepada cupang hias selama proses pembesaran harus disesuaikan dengan kebutuhan
dan kesukaan cupang hias tersebut sehingga perkembangan tubuh, sirip-sirip dan
warnanya lebih optimal.
2.8.5
Pakan
Terdapat
berbagai macam pakan ikan cupang yang bisa didapat dengan mudah. Baik berupa makanan
buatan maupun makanan alami. Namun secara umum, ikan cupang lebih menyukai
makanan yang bergerak. Berikut ini pakan Ikan Cupang :
1.
Cacing Darah ( blood
worm )
Cacing
darah merupakan jenis pakan ikan cupang yang paling aman, khususnya bagi cupang
dewasa. Dikarenakan kandungan lemaknya rendah sehingga tidak mengganggu organ
reproduksi. Di pasaran cacing darah bisa didapatkan dalam keadaan beku ataupun
masih fresh.
2. Cacing
Sutera (Tubifex Worm)
Cacing
sutra sangat mudah didapat karena memang diperjualbelikan oleh pedagang ikan
maupun pedagang umpan. Harga cacing sutra relatif lebih murah dibandingkan
blood worm. Namun karena kandungan lemaknya tinggi maka kurang cocok diberikan
untuk ikan cupang dewasa, karena cupang yang terlalu gemuk dapat berpengaruh
pada organ reproduksinya. Cacing sutra cocok diberikan sebagai pakan ikan
cupang untuk pembesaran.
3. Jentik
Nyamuk (cuk)
Pada
musim kemarau, Jentik nyamuk ini banyak diketemukan di air yang menggenang.
Jika ingin menghemat biaya pakan ikan cupang, maka jentik nyamuk adalah salah
satu solusinya. Jentik nyamuk adalah pakan ikan cupang yang paling murah.
Kebanyakan petani ikan cupang hias mendapatkannya dengan mencari di got atau
parit. Pemberian cuk jangan berlebihan karena cuk yang tidak termakan akan berubah
menjadi nyamuk.
4. Kutu
Air (Dhapnia)
Contoh
kutu air adalah moina dan daphnia. Kutu air juga bisa dibeli melalui pedagang
makanan ikan hias maupun dikultur sendiri. Untuk mengkulturkannya anda
membutuhkan mangkuk air hijau. Ambil dan tambahkan sedikit ke tangki anakan
ikan. Daphnia akan memakan seluruh kotoran microscopic, seiring dengan mereka
makan, mereka akan mengambang dan sebagai kebalikannya anakan ikan akan memakan
mereka. Sebagai salah satu pakan ikan cupang, kutu air juga bisa didapatkan di
parit atau sungai kecil.
5. Artemia
( brine shrimp )
Artemia
adalah embrio yang tadinya tertidur kemudian bangun. Artemia adalah sejenis
udang primitif. Artemia merupakan pakan ikan cupang yang terjadi melalui
metamorfosis ketika meraka bebas berenang. Burayak cupang sangat menyukainya.
Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan artemia adalah 25-30 derajat celcius.
6. Vinegar
eel
Ini adalah
pakan ikan cupang yang cocok untuk burayak cupang. Bentuk mereka lebih kecil
dibanding brine shrimp dan sangat baik untuk makanan pertama. Untuk budidayanya
anda membutuhkan kontainer yang lebar, cuka apel, potongan apel kecil dan
starter Culture. Isi teko dengan campuran tersebut. Taruh ditempat gelap dan
tinggalkan beberapa minggu.
7. Infusoria
Infusoria
adalah pakan ikan cupang yang sempurna, terutama untuk anak cupang yang baru
menetas. Infusoria berbentuk jasad renik atau ganggang renik. Anda bisa
membuatnya dengan cara menyiapkan sayuran busuk kedalam wadah yang berisi air.
Maka dalam beberapa hari akan terbentuk infusoria dengan jumlah yang
berjuta-juta.
8. Paramecium
Pakan ikan cupang jenis ini gampang
dan mudah diperoleh. Paramecium merupakan protozoa yang komplek yang merupakan
makanan pengganti setelah anak ikan menetas. Pengulturannya menggunakan wadah
kecil yang berisi air yang kemudian dituangkan sedikit Liquifry. Lalu wadah
dibawa keluar untuk mendapatkan cahaya terang selama beberapa hari. Pemanenan
paramecium dilakukan dengan cara menuangkan hasil kultur kedalam wadah yang
berisi ikan cupang.
2.8.6
Kualitas Air
Faktor penting dalam budidaya ikan cupang adalah kualitas air yang
digunakan dalam budidaya. Kualitas air harus selalu terjaga kebersihannya dan
terhindar dari zat-zat beracun, seperti amoniak, limbah pabrik, detergen, dan
lain-lain. Ikan akan tumbuh optimal jika kualitas airnya baik. Air pada
akuarium atau pada wadah pematangan gonad sebaiknya diganti setiap 3 hari,
serta ikan cupang direndam selama 1 jam dengan air yang telah dicampur garam
dapur dan obat khusus cupang yang banyak dijual di pasar ikan dengan dosis secukupnya.
Hal tersebut untuk menjaga ikan cupang dari serangan jamur atau penyakit
lainnya (Indriani dkk, 1991)
2.8.7
Penyakit Dan
Cara Mengobatinya
1. White Spot
Penyakit
ini sangatlah umum dikalangan hobiis cupang, ciri-ciri penyakit ini seperti
sirip yang membengkok (bukan patah), cupang sering berenang membenturkan badan
kewadah, dan jika diperhatikan lebih jeli pada tubuh cupang terdapat
bintil-bintil kecil berwarna putih dan akan semakin banyak jumlahnya jika tidak
segera dilakukan pencegahan. Akibatnya nafsu makan ikan cupang turun sangat
drastis. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme yang ikut terbawa dari
pakan alami dan hidup di air dengan PH yang rendah. Untuk pengobatannya bisa
menggunakan obat-obat anti mikroorganisme seperti Blitz-Inch (tapi tidak boleh
dicampur-campur). Pemberian obat anti mikroorganisme harus memperhatikan dosis
yang biasanya tercantum pada kemasannya. Setiap hari selama masa pengobatan air
harus selalu diganti dengan air yang baru dan diberi obat anti mikroorganisme
lagi hingga ikan cupang benar-benar sembuh.
2. Dropsy
busung disebabkan oleh
pemberian pakan yang kurang bersih dalam proses sterilisasi pada pakan alami
yang biasanya berasal dari cacing sutera.
Ciri-ciri penyakit ini adalah menggembungnya perut ikan dan sisiknya
terlihat berdiri serta ikan tidak mengeluarkan kotoran. Cara berenang
ikan cupang pun terlihat lebih sering mengambang dipermukaan air. Untuk
pengobatannya adalah dengan cara membiarkan ikan cupang puasa selama
kurang lebih tiga hari dengan tujuan agar cupang mengeluarkan kotoran
saat (maaf) buang air besar. Untuk mendukung kesehatan selama cupang
berpuasa maka perlu dilakukan penggantian air lama dengan air yang kaya
oksigen terlarut (air yang sudah diaerasi sebelumnya). Setelah kurang
lebih berpuasa selama tiga hari ikan cupang dapat diberi makan sedikit
demi sedikit lagi.
Ciri-ciri penyakit ini adalah menggembungnya perut ikan dan sisiknya
terlihat berdiri serta ikan tidak mengeluarkan kotoran. Cara berenang
ikan cupang pun terlihat lebih sering mengambang dipermukaan air. Untuk
pengobatannya adalah dengan cara membiarkan ikan cupang puasa selama
kurang lebih tiga hari dengan tujuan agar cupang mengeluarkan kotoran
saat (maaf) buang air besar. Untuk mendukung kesehatan selama cupang
berpuasa maka perlu dilakukan penggantian air lama dengan air yang kaya
oksigen terlarut (air yang sudah diaerasi sebelumnya). Setelah kurang
lebih berpuasa selama tiga hari ikan cupang dapat diberi makan sedikit
demi sedikit lagi.
3. Sirif bengkok tidak rata dan
kriting
Sirip keriting terjadi
akibat berbagai factor seperti air kotor karena jarang
diganti, suhu yang terlalu rendah ataupun factor makanan. Akibat sirip
keriting adalah ikan cupang menjadi kurang enak dilihat dan kurang
berwibawa ^^. Menurut pengalaman saya sirip keriting lebih disebabkan
akibat tidak seimbangnya pakan yang diberikan kepada cupang sejak dini.
Asalkan pemberian pakan alami seperti yang saya sebutkan diatas
dilakukan secara bergantian sejak dini atau saat cupang mulai berumur
sekitar satu bulan lebih (tidak memberikan pakan secara monoton misal : cupang hanya makan kutu air saja), niscaya 95 % ikan cupang tidak mengalami sirip yang keriting. Selain itu pemberian vitamin-vitamin ikan juga mendukung perkembangan tubuh dan kecerahan warna saat cupang beranjak dewasa.
diganti, suhu yang terlalu rendah ataupun factor makanan. Akibat sirip
keriting adalah ikan cupang menjadi kurang enak dilihat dan kurang
berwibawa ^^. Menurut pengalaman saya sirip keriting lebih disebabkan
akibat tidak seimbangnya pakan yang diberikan kepada cupang sejak dini.
Asalkan pemberian pakan alami seperti yang saya sebutkan diatas
dilakukan secara bergantian sejak dini atau saat cupang mulai berumur
sekitar satu bulan lebih (tidak memberikan pakan secara monoton misal : cupang hanya makan kutu air saja), niscaya 95 % ikan cupang tidak mengalami sirip yang keriting. Selain itu pemberian vitamin-vitamin ikan juga mendukung perkembangan tubuh dan kecerahan warna saat cupang beranjak dewasa.
4. Infeksi luka pada tubuh
Luka pada tubuh ikan
cupang dapat terjadi karena berbagai faktor seperti
ikan melompat dan terbentur dinding kolam, kesalahan saat pemindahan
atau mengambil ikan, juga bisa karena berkelahi atau karena faktor lain
dari luar. Luka pada tubuh ikan umumnya akan sembuh dengan sendirinya,
namun yang kita khawatirkan adalah infeksi yang terjadi akibat parasit
yang menempel. Untuk mengantisipasi hal tersebut bisa menggunakan garam
ikan yang dilarutkan pada air diwadah pemeliharaan ikan. Ikan cupang
yang terkluka dipisahkan dan dibiarkan dalam wadah tersebut dan kondisi
airnya setiap hari diganti dengan tetap melarutkan garam ikan
secukupnya ( lebih kurang 2 sendok makan untuk 0.5 lt air. Garam ikan
juga bisa diganti dengan obat anti mikroorganisme seperti blitz-inch.
ikan melompat dan terbentur dinding kolam, kesalahan saat pemindahan
atau mengambil ikan, juga bisa karena berkelahi atau karena faktor lain
dari luar. Luka pada tubuh ikan umumnya akan sembuh dengan sendirinya,
namun yang kita khawatirkan adalah infeksi yang terjadi akibat parasit
yang menempel. Untuk mengantisipasi hal tersebut bisa menggunakan garam
ikan yang dilarutkan pada air diwadah pemeliharaan ikan. Ikan cupang
yang terkluka dipisahkan dan dibiarkan dalam wadah tersebut dan kondisi
airnya setiap hari diganti dengan tetap melarutkan garam ikan
secukupnya ( lebih kurang 2 sendok makan untuk 0.5 lt air. Garam ikan
juga bisa diganti dengan obat anti mikroorganisme seperti blitz-inch.
5. Cacingan
Meskipun cacing merupakan pakan
alami ikan cupang, tapi tidak menutup kemungkinan ikan cupang terkena penyakit
cacingan,he2 :b. Hal tersebut dapat
dilihat dari bentuk kotoran ikan cupang, jika kotoran nya selalu hancur
dan berwarna putih dan terkadang kotoran mengekor pada (maaf) tempat
pembuangan kotoran ikan cupang, bisa jadi hal tersebut merupakan gejala
atau penyakit cacingan. Untuk pengobatannya bisa diberikan obat anti
cacing seperti worm-x dan pemberian obat haruslah memperhatikan dosis
pada kemasan. Untuk mempercepat proses penyembuhan sebaiknya selama
masa pengobatan ikan cupang diberi pakan kering dahulu seperti pellet
kecil atau cacing kering, karena bisanya pada pakan kemasan terdapat
treatment yang menjaga kesehatan ikan.
dilihat dari bentuk kotoran ikan cupang, jika kotoran nya selalu hancur
dan berwarna putih dan terkadang kotoran mengekor pada (maaf) tempat
pembuangan kotoran ikan cupang, bisa jadi hal tersebut merupakan gejala
atau penyakit cacingan. Untuk pengobatannya bisa diberikan obat anti
cacing seperti worm-x dan pemberian obat haruslah memperhatikan dosis
pada kemasan. Untuk mempercepat proses penyembuhan sebaiknya selama
masa pengobatan ikan cupang diberi pakan kering dahulu seperti pellet
kecil atau cacing kering, karena bisanya pada pakan kemasan terdapat
treatment yang menjaga kesehatan ikan.
2.9 Pemasaran
Cupang
dapat dipasarakan pada umur berapa saja tergantung kebutuhan para
pembudidayanya baik untuk lokal maupun ekspor, sehingga harga yang didapatkan
pun bervariasi. Semakin terawat dan bagus maka harganya pun semakin tinggi. Pembeli
ada yang datang langsung ke pembudidaya, atau pembudidaya dapat menawarkan ke agen-agen
(supplier). Beruntung, di Kota Tangerang sudah terbentuk sistem plasma.
Sehingga para pembudidaya sudah tidak pusing lagi memasarkan cupang karena
sudah ada yang menampung dan memasarkan. Untuk mengangkat harga cupang, cara
yang dilakukan adalah dengan sering mengadakan kontes dan pameran.
LAMPIRAN
![]() |
|||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||
![]() |
![]() |










DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Sarana dan Prasarana Pendederan dan
pembesaran ikan cupang. http://cara-
berternak-ikan-cupang.blogspot.com/2012/12/sarana-pendederan-dan-pembesaran.html
berternak-ikan-cupang.blogspot.com/2012/12/sarana-pendederan-dan-pembesaran.html
Deo W,
2012, Cara Perawatan Ikan Cupang, http://www.scribd.com/doc/9171512/Cara-Perawatan-
Ikan-Cupang
Ikan-Cupang
Gravila.
2012. Klasifikasi Ikan
Cupang. http://gravila
cupanghias.blogspot.com/2012/04/klasifikasi-ikan-cupang.html
cupanghias.blogspot.com/2012/04/klasifikasi-ikan-cupang.html
Grenchief, 2011, Mengenal Ikan Cupang Alam : Cupang Sarawak
(Betta akarensis)
http://cupanghalfmoon.wordpress.com/category/mengenal-ikan-cupang/
Ninda
R, 2012, Pemijahan Ikan Cupang, Program Study Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan, Universitas Pekalongan [laporan Praktikum]
http://nindary91.blogspot.com/2013/02/laporan-manajemen-ikan-hias-pemijahan.html
Perikanan, Universitas Pekalongan [laporan Praktikum]
http://nindary91.blogspot.com/2013/02/laporan-manajemen-ikan-hias-pemijahan.html
Permana
A. 2013.
“Budidaya Ikan Cupang”. Budidaya Perikanan. Program Pendidikan
D4 Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (Pppptk)
Pertanian Vedca Cianjur Joint. Politeknik Negeri Jember.
http://elfianpermana010.wordpress.com/2013/01/08/laporan-budidaya-ikan-cupang/
D4 Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (Pppptk)
Pertanian Vedca Cianjur Joint. Politeknik Negeri Jember.
http://elfianpermana010.wordpress.com/2013/01/08/laporan-budidaya-ikan-cupang/
Pemadi M. penyakit
ikan cupang. http://worldofcupang.blogspot.com/p/penyakit-
ikan-cupang.html
Tina.
2013. Makalah Ikan Cupang (Betta
Sp.).
http://martinasihombing.blogspot.com/2013/12/makalah-ikan-cupang-betta-sp.html
http://martinasihombing.blogspot.com/2013/12/makalah-ikan-cupang-betta-sp.html